Pada pertemuan yang lalu, kita sudah menyampaikan pembahasan tentang faktor kelima yang mempengaruhi pendidikan anak. Yakni faktor pembantu dan pengasuh anak. Pembahasan berikutnya adalah tentang faktor keenam atau yang terakhir. Yaitu:
- Tetangga
Tak dipungkiri, manusia adalah makhluk sosial, tidak bisa terlepas dari manusia yang lain. Artinya ia mutlak membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Di sinilah, manusia tidak bisa dipisahkan dari kehidupan bertetangga. Islam pun telah menggariskan etika sosial untuk menciptakan jalinan yang harmonis antar keluarga. Bila itu dijalankan; maka keamanan, ketentraman dan roda kehidupan yang didasari saling tepa slira dan menghormati semakin kokoh.
Memiliki tetangga yang baik dan mau hidup rukun dengan kita merupakan satu kenikmatan hidup. Namun terkadang, kita diuji Allah dengan memiliki tetangga yang tidak baik akhlaknya. Sehingga itu bisa berdampak buruk terhadap perkembangan perilaku anak-anak kita.
Berikut beberapa tips untuk menjauhkan anak dari pengaruh buruk tetangga atau anak tetangga:
Pertama: Mulai menciptakan ruang
Jika kita ingin melepaskan anak dari pengaruh buruk anak tetangga, batasi intensitas bertemu atau bermain mereka secara perlahan-lahan. Hal ini memang tidak mudah dikarenakan rumah kita dekat dengan rumah tetangga. Namun cobalah atur jam main anak kita secara seksama.
Jangan biarkan anak bermain pada jam main si anak tetangga. Namun biarkan anak sesekali bermain dengan anak tetangga tersebut tetapi dalam pengawasan kita. Sehingga, jika ada prilaku anak tetangga yang kurang berkenan kita dapat langsung menegurnya.
Kedua: Ajak anak berkomunikasi
Pada titik tertentu, anak mungkin bertanya mengapa ia dilarang atau dibatasi untuk bermain bersama anak tetangga? Jika sudah begitu, cobalah menjelaskan tentang perilaku anak tetangga yang tidak baik dan tidak patut ditiru. Katakan pada anak, bahwa ia boleh berteman dengan siapapun, asal memberi pengaruh yang baik.
Kita bisa berkomunikasi dengan anak tentang perilaku yang buruk sambil menyampaikan kisah-kisah yang mendidik. Karena berkisah adalah cara yang paling efektif untuk berkomunikasi dan menanamkan pesan moral pada anak, tanpa terkesan menggurui.
Ketiga: Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak
Karakter anak terbentuk dari hasil pemahaman tiga hubungan yang pasti dialami setiap manusia. Yakni hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan lingkungan (dengan manusia lain dan alam sekitar) serta hubungan dengan Allah ta’ala.
Hubungan dengan Allah sangat penting ditanamkan pada anak sejak dini. Misalnya, ketika anak berperilaku buruk karena pengaruh anak tetangga, kita dapat berkata pada anak bahwa Allah Maha melihat dan tidak menyukai anak yang berperilaku buruk. Hal seperti itu mengajarkan kepada anak bahwa perilakunya harus sesuai dengan tuntunan Allah.
Jika pemahaman positif sudah tertanam kuat pada diri anak, insyaAllah anak tidak akan mudah goyah pendiriannya dan tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal buruk. Sebaliknya, justru anak kita yang senantiasa memberikan pengaruh positif kepada teman-temannya.
Semoga bermanfaat…